Wage Rudolf (WR) Soepratman merupakan komponis Indonesia yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kisah hidupnya sudah malang melintang dalam berbagai buku sejarah.
Namun, pada Rabu, pihak keluarga meluruskan sejarah hidup W.R Soepratman yang selama ini beredar. Dari mulai tanggal lahir, tempat kelahiran, hingga agama. Menurut perwakilan keluarga informasi beredar mengalami kekeliruan.
Selain itu, tempat lahir W.R Soepratman juga bukan di Purworejo, Jawa Tengah, tapi di Jatinegara. Sementara terkait agama keluarga menegaskan kalau W.R Soepratman adalah seorang Muslim. Lalu, W.R Soepratman juga tidak menikah, sehingga tidak punya keturunan.
Keluarga mengaku paparan fakta baru ini dapat dipertanggungjawabkan sebab terdapat beberapa saksi yang menguatkan. Dalam kasus tempat lahir dan agama, misalnya keluarga menyebut ada saksi sejarah, yakni kakak W.R Soepratman bernama Roekiyem.
“Berdasarkan pengakuan langsung dari Ibu Roekiyem itu adalah kakak kandung pertama dari W.R Soepratman yang menyaksikan kelahirannya di Jatinegara,” ungkap Indra.
Roekiyem juga yang turut menyaksikan pemakaman W.R Soepratman, sehingga meyakini adiknya dimakamkan secara Muslim. Pernyataan keluarga ini lantas menjadi pelurusan atas informasi yang selama ini beredar dan terlanjur dipercaya masyarakat.
Penelusuran CNBC Indonesia di mesin pencarian Google pada Jumat (16/8/2024) mengungkap masih banyak publikasi daring, baik media atau situs-situs lain, yang mencantumkan fakta keliru.
Mayoritas mengungkap informasi kalau W.R Soepratman lahir pada 19 Maret 1903 di Purworejo. Terkait agama disebutkan kalau W.R Soepratman menganut agama Katolik, bukan Islam. Tak jarang, namanya dimasukkan dalam daftar pahlawan nasional beragama Katolik.
Kendati demikian, pelurusan atas informasi sejarah W.R Soepratman sudah terjadi sejak lama.
Pada 2001, misalnya, sudah terbit buku Wage Rudolf Soepratman: Meluruskan Sejarah dan Riwayat Hidup Pencipta Lagu Kebangsaan Republik Indonesia “Indonesia Raya” dan Pahlawan Nasional karya Anthony C. Hutabarat.
Dalam karya tersebut dituliskan W.R Soepratman lahir pada 9 Maret 1903 pukul 11.00 siang di Meester Cornelis atau kini disebut Jatinegara. Dia lahir dari pasangan Djoemeno Senen Sastrosoehardjo dan dan Siti Senen yang menikah di Purworejo, Jawa Tengah.
Dari Purworejo pasangan ini kemudian pindah ke Padang, Sumatera Barat. Kepindahan ini berkaitan dengan status Djoemeno sebagai tentara KNIL. Di Padang, Siti melahirkan Roekijem (1891) dan Slamet (1892).
Dari Padang, keluarga kecil pindah lagi ke Surabaya. Di sana Siti melahirkan anak ke-3, ke-4, dan ke-5. Barulah pada 1900-an, Djoemeno dipindahkan ke Meester Cornelis, Batavia. Di lokasi inilah, Siti melahirkan anak ke-7 bernama W.R Soepratman (1903) dan anak ke-8 yang diberi nama Gijem (1909).
Soal pendidikan agama, Djoemeno diketahui mendidik seluruh anak-anaknya dengan tata cara Islam. Tak ada satupun anak-anak Djoemeno yang tidak beragama Islam. Kepercayaan ini kemudian dipegang seluruhnya sampai tumbuh dewasa.
Menurut Anthony C. Hutabarat, kabar keliru ini pernah diselewengkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Atas dasar ini pada awal abad ke-21, dia hendak meluruskan sejarah tersebut.
Meski begitu, entah bagaimana ceritanya informasi benar bisa kalah dengan fakta sejarah keliru, sehingga dipercaya masyarakat begitu saja.