Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah akan menggencarkan program Bahan Bakar Nabati (BBN), khususnya program pencampuran biodiesel hingga 60% (B60).
Hal itu sejalan pula dengan target Presiden RI Prabowo Subianto agar Indonesia bisa mencapai kemandirian atau swasembada energi.
Lantas, apakah pasokan bahan baku untuk biodiesel seperti minyak sawit cukup untuk merealisasikan target biodiesel B60 tersebut?
Bahlil meyakini ketersediaan bahan baku untuk pencampuran B60 ini cukup.
“Sekarang kan kita B40, sekarang kita akan dorong ke B50 sampai B60. Kalau ditanya bahwa itu cukup atau tidak, B35 sampai B40 itu kan kita habiskan kurang lebih sekitar 14 juta kilo liter. Nah, sementara ekspor kita kan masih banyak. Nah, kalau ditanya kapasitas CPO kita cukup atau tidak, cukup, pasti cukup,” ungkap Bahlil saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (21/10/2024).
Saat ini, Indonesia memang sudah mengaplikasikan program B35, dan mulai 1 Januari 2025 ditargetkan program mandatori B40 bisa dijalankan.
Dengan melihat kesuksesan program biodiesel yang sudah dijalankan, pemerintah akan lebih ambisius menuju program B50 hingga B60.
“Nah, tinggal kita lihat adalah teknologinya. Nah, teknologinya ini kan harus by process untuk kita uji coba, agar ketika itu diimplementasikan, B50 sampai B60 itu betul-betul sudah lewat uji coba yang baik,” bebernya.
Seperti diketahui, Presiden Prabowo Subianto dalam pidato pertamanya di Gedung MPR/DPR RI langsung menyinggung kebutuhan energi di dalam negeri. Ke depan, pemerintahannya akan fokus pada swasembada energi.
Prabowo menegaskan, dalam keadaan ketegangan geopolitik saat ini, yang memungkinkan ada perang di mana-mana. Indonesia harus siap dengan kemungkinan yang paling buruk, di mana negara lain harus mengamankan kepentingannya sendiri.
“Kalau terjadi hal yang tidak kita inginkan, sulit akan dapat sumber energi dari negara lain. Karena itu kita harus swasembada energi, dan kita mampu untuk swasembada energi,” ungkap Prabowo dalam Pidato Perdana usai diambil sumpah jabatan sebagai Presiden RI di Gedung DPR/MPR RI, dikutip Senin (20/10/2024).
Prabowo menegaskan, Indonesia diberi karunia oleh Tuhan mengenai sumber daya alam. Misalnya, tanaman-tanaman yang bisa dijadikan sumber energi, seperti tanaman kelapa sawit yang bisa menghasilkan solar dan bensin.
Tak hanya itu, tanaman seperti singkong, tebu, sagu, jagung yang bisa diolah untuk menjadi sumber energi.
“Pemerintah yang saya pimpin nanti akan fokus untuk mencapai swasembada energi,” ungkap Prabowo.
Kesiapan B40 di 2025
Pemerintah menargetkan mulai 1 Januari 2025 mendatang akan memberlakukan mandatori pencampuran B40.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Eniya Listiani Dewi sempat menyatakan pihaknya tengah melakukan persiapan pelaksanaan mandatori biodiesel 40% (B40) pada 2025.
Hal tersebut menyusul permintaan dari Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat memberikan arahan pada rapat pimpinan (Rapim) di lingkungan Kementerian ESDM, Selasa (20/8/2024).
Eniya membeberkan, selain meminta percepatan penyelesaian rancangan undang-undang energi baru dan energi terbarukan (RUU EB-ET), Bahlil juga meminta agar pengembangan bioenergi dapat menjadi prioritas. Bahkan program mandatori biodiesel yang saat ini baru 35% (B35) ditargetkan dapat digenjot tidak hanya sebatas pada B50 tapi hingga B60.
“Bioenergi akan menjadi prioritas juga, kita lagi mempersiapkan B40 untuk mandatori ya. Mandatori nanti saya keluarkan insya Allah ini sudah settle di 1 Januari 2025,” kata Eniya usai Rapim di Gedung Kementerian ESDM.
Menurut Eniya, untuk menuju ke B40 setidaknya terdapat beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh industri. Mulai dari mempersiapkan pelabuhannya, pengirimannya, dan logistik.
“Industri harus mempersiapkan ini, investasi akan butuh modal juga. Nah ini kita kasih waktu untuk persiapan sampai dengan Desember,” katanya.